Bayar Bayar Bayar (Sebuah Oligarki)
Saya itu makin khawatir dengan kondisi tanah air. Jujur. Oligarki yang dipertontonkan. Tidak memberikan ruang bagi kelas masyarakat yang lain.
Kebijakan Badan Pengelola Danantara, yang penggunaannya belum tahu bakal seperti apa ke depan di tengah orang-orang yang berada di dalam Danantara itu sendiri, sepertinya memberikan keraguan yang besar. Alasannya sederhana.
Orang orang yang memimpin Danantara itu sendiri mulai dari Pengawas, pengawasan deean pengawasa, Komisaris atau hingga di level operasional seperti Direktur semuanya punya koneksi kepentingan masing-masing.
Maksud saya itu begini. Kenapa sih selalu yang dipilih sebagai Menteri atau CEO perusahaan BUMN itu dari kalangan yang memiliki keterkaitan. Keterkaitan dalam arti, bapaknya dulu orang kaya pendiri ini pendiri itu. Atau bapaknya dulu seorang pahlawan, begawan ekonomi ini begawan ekonomi itu.
Wajarlah kalangan anak muda dari Gen Y Gen Z pesimistis melihat bangsa ini. Munculnya isu-isu para mahasiswa yang bersekolah di luar negeri tentu saja menjadi alasan di atas, tidak memilih pulang ke tanah air, karena itu. Bahasa para pejabatnya, songong-songong.
Tidak paham bahwa generasi muda itu adalah generasi akan datang. Generasi yang menunggu-oligarki pemegang kekuasaan sekarang, mati lebih cepat biar bisa digantikan oleg generasi yang lebih muda. Optimisme apa yang bisa kalian tularkan kepada para generasi muda, wahai tuan-tuan oligarki?
Anak-anak muda diaspora yang berada di luar negeri dan sedang bersekolah itu bukan berasal dari kalangan tuan-tuan oligarki yang bersekolah ke luar negeri dengan biaya orang tua. Bukan tuan. Mereka pemuda yang sebenarnya berharap banyak dikasih tempat di ruang-ruang yang sepatutnya dihargai.
Dan ketika ada berita-berita berseliweran mengenai korupsi Pertamina yang dilakukan anak usahanya, Pertamina Patra Niaga makin bikin saya geleng-geleng kepala.
Pertanyaan saya seperti kebanyakan orang. Bukankah gaji di Pertamina itu bisa ratusan juta. Mengapa masih niat lagi korupsi. Mengapa tidak ada puas-puasnya ini manusia. Jadi, cukup beralasanlah kekhawatiran saya ini mengenai kondisi bangsa.
Comments
Post a Comment
sekedar jejak..