Hidup Selow Anti Perbudakan (Candu Medsos)
Hidup tenang itu adalah ketika kau tidak kepo dengan urusan orang lain. Cukup sekadarnya. Facebook, X (Twitter) dan Instagram itu harusnya hanya hiburan. Makin ke sini makin sadar bisa menghabiskan waktu ber jam-jam hanya melihat medsos. Candu iya. Jadi ingat dulu, ketika jaman televisi (tv) berbayar mulai dikenalkan. Jika hari libur bisa berjam-jam didepan layar tv.
Kata Pierre Bordieu, teoritis sosial yang banyak mengkritik soal tayangan di tv itu ibarat candu, membawa emosi dan prasangka. Padahal, hampir bisa dipastikan semua settingan atau 90 persen adalah settingan belaka.
Baca Juga : Gaya Komunikasi Caturwulan Pemerintahan Prabowo Subianto
Tapi kritikan Bordieu ini makin ke sini bukan tv. Tapi gadget yang di dalamnya banyak sekali tontonan yang bisa dikontrol. Kalau dahulu tv tidak mudah dikontrol karena diatur berdasarkan acara. Masih ingat dulu di stasiun tv TVRI tagline Menjalin Persatuan dan Kesatuan. Kalau di wilayah timur seperti Sulawesi jaman 1994.
Tayangan mulai pukul 15.30. Dibacain dah itu acara per acara. Biasanya jaman itu, sore wilayah timur mulai dengan tayangan kartun. Mungkin masih ada yang ingat tayangan kartun ini: He Man, Silver Hawk atau Unyil di hari Minggu. Ada lagi Berpacu dalam Melodi, Album Minggu, Kelompen Capir, Laporan Khusus, Laporan Pembangunan Daerah dan paling ditunggu tayangan filem tengah malam paling hits di masanya Naga Bonar. S
ekarang dengan ribuan jutaan acara di medsos para pemirsanya tinggal memilih. Mau nonton cuplikan lawak, musik berita dan sebagainya. Semua tayangan tersebut tentu saja punya proximity (kedekatan) dan keterhubungan dengan para penontonnya.
api apa efeknya?
Tubuh mu bisa melar karena kurang banyak gerak, lupa waktu ujung-ujungnya sakit jiwa dan seterusnya. Kehabisan data kuota, masih bisa kaucari. Sakit karena obesitas yang berpangkal dari rasa malas usah kausembuhkan.
Ya itulah... Mending kau berkarya, cari uang dari situ. Atau sekadar portofolio hidup saja di dunia medsos. siapa tau dapat cuman disitu. Tapi semua tentu saja ada strateginya. Seperti kata Bordieu.. Tujuan mendapatkan khalayak penonton sebanyak-banyaknya, tanpa tahu siapa yang sangat diuntungkan dari tayangan-tayangan itu. teoris banget sikh.
Comments
Post a Comment
sekedar jejak..