Esensi Persepsi


ilustrasi

Ada pasangan suami istri yang setiap kali 

mengantar istrinya naik mobil ke kantor, 

sang suami dipastikan membuka pintu 

mobil untuk istrinya. Setelah itu sang istri 

berpamitan mencium tangan suami, 

kemudian berjalan masuk menuju kantornya. 



Hal seperti dilakukan setiap hari. Orang orang sekitar yang menyaksikan, entah itu tukang parkir, pegawai teman si istri, office boy dan orang sekitar begitu takjub dan kagum melihat sikap sang suami yang begitu menghormati sang istri. 


Bayangkan setiap hari, seorang suami membuka pintu mobil sang istri ketika sampai dan bersiap bekerja di kantor. Padahal mobilnya bukan mobil mewah. Mobilnya hanya mobil Panther tua keluaran tahun 2000-an. 


Tentu saja semua penasaran. Hingga suatu ketika ada yang bertanya begini kepada sang suami tadi, usai mengantar istrinya:


“Maap pak. Boleh saya bertanya. Apa sebenarnya resep kesetiaan bapak hingga rela membuka pintu mobil setiap kali mengantar istri ke kantor. Sudah setahun terakhir saya lihat bapak membuka pintu mobil untuk sang istri?”


Lalu sang suami menjawab, sambil terkaget kaget. 


“Maap pak, bukan apa apa. Mobil saya dua terakhir ini pintunya rusak. Belum diganti ganti.”


So..


Takjub itu positif, tak usah kau konfirmasi lebih dalam lagi. Kecuali kau memang ingin esensi. Sesuatu yang tergambar/ terlihat hingga membuat pori pori rambut di tubuhmu berdecak kagum seperti baru melihat hantu. 


Itulah kenapa kita mudah sekali bahagia haru, tanpa melihat esensi atau makna sebenarnya yang adalah, sederhana, simpel dan logis karena alasan-alasan masuk akal dan tidak lebay. 



Apa yang Keliatan, Tidak Begitu Nyatanya


Banyak kasus dan cerita mengenai penjahat yang alim. Contoh paling nyata tentu saja, ada pada oknum pemuka-pemuka agama. Mulai dari pendeta, ustads atau sesuatu yang terkampanye dengan baik massif dan mudah diserap oleh kaum beragama dan fanatik. 


Saya punya kenalan seorang ustads, dahulu kala. Waktu itu ustads ini belum lah terkenal. Saya mengenalnya di sebuah stasiun radio berita swasta di daerah tempat saya mengawali karir jurnalistik. Sebagai jurnalis berita radio yang kala itu punya kedekatan yang sangat dengan Syahrul Yasin Limpo, ya nama ini juga tentu tidak asing. 


Mengawali karir sebagai ustads dengan ceramah tujuh menitan di radio, membuat sang ustads mulai lambat laun terkenal seantero Makassar. Saya ingat sekali, ustads ini saban kali datang ke kantor berita radio untuk rekaman tujuh menitan khas berpakaian rapi koko putih, sarungan dan kopiah putih. Lebih khas lagi aroma parfumnya. Subhanallah, mewangi dalam jarak lima meter. 


Saya mengamati, ledakan dashyat sang ustads sampai terkenal tidak lagi seantero Makassar tapi juga se antero Indonesia. Berkembang dan bertambah makmur lah sang ustads. Kalau ingat mobil Taruna-Daihatsu, nah itulah mobil yang awalnya dia gunakan sehari hari menuju kantor berita radio untuk rekaman ceramah tujuh menitan sekitar awal 2005 silam. 


Sang ustads saking sudah terkenalnya, lambat laun sudah menjadi dosen universitas negeri di Makassar. Lambat laun juga sudah opernah jadi bekas calon walikota. Mobinya sudah berganti, dari Taruna kini menggunakan Mercy. Saya ingat juga dahulu dia memiliki istri namun kini pada 2022 saya sempat melihat videonya sudah dengan istri baru yang tentu saja lebih muda berbelasan tahun. Istri pertama entah, diceraikan mungkin. Karena sang ustads selalu berceramah kalau punya istri cukup satu saja. 


Jika kau mengharap seseorang yang memulai semuanya dari nol dan punya memori tentangmu. Lupakan saja. Pengalaman ini tentu banyak dirasakan jurnalis-jurnalis atau produser yang sudah membesarkan orang tapi lupa kulit. Sekadar menyapa saja, dia sudah melupakan. Tapi begitulah adanya. 


Cuman mau bilang apa yang keliatan di depan mata yang kauelukan tidak terlihat begitu adanya.








 













Comments

Popular posts from this blog

Pertanyaan-pertanyaan tentang: Apakah Para Blogger Sudah Mati?

Tjoen Tek Kie Nama Toko Obat Kuno di Jalan Sulawesi

Thoeng dan Pecinan di Makassar