Berkaca dari Rafael Alun Trisambodo, Kementerian Keuangan dan Manusia Setengah Dewa


Menkeu Sri Mulyani sewaktu pertama kali muncul konferensi pers soal Rafael Alun Trisambodo. (kredit MPI)

Menjadi manusia setengah dewa itu sederhananya ya, menahan godaan. Godaan pamer mobil, rumah dan kekayaan dan sahwat lainnya. Pun, Rafael Alun Trisambodo yang punya harta tak wajar sebenarnya tidak sendirian, jauh sebelum dia berhenti dari Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan (kemenkeu).

Ibaratnya mau bilang begini: Kalau kamu masuk dan lulus di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN), lalu kemudian kamu masuk sebagai pegawai negara di Kementerian Keuangan itu adalah sebuah privilege harusnya. Harusnya loh yah. Gaji tidak tinggi sebenarnya, tapi masih di atas kelas menengah tanggung yang untuk tahun pertama terutama kalangan swasta gajinya masih single digit. Simpulannya, untuk tahun pertama PNS negara yang sudah terangkat, bisa dapat gaji dua digit atau di angka belasan juta. 

Tapi saya percaya sih sebenarnya, Ibu Menteri Keuangan Sri Mulyani punya kekuatan untuk mengubah Kementerian Keuangan menjadi percontohan bagi kementerian lain. Percaya sekali. Maka dari itu, diberikanlah keistimewaan pada kementerian ini, tidak hanya tunjangan kinerja (Tunkin), tapi juga remunerasi. Kalau menyebut remunerasi kepada pegawai negara di kementerian lain, mereka bakal nyinyir atau menganggap bahwa kementerian keuangan adalah kementerian yang berbeda, kementerian yang wah atau kementerian yang terukur. 

Saya pernah mendapat cerita ini, soal bagaimana tanggapan PNS negara di kementerian lain mengenai Kementerian Keuangan. "Sistem yang ada di Kementerian Keuangan lebih baik dan lebih terukur," kurang lebih begitu pandangannya secara substansi. 

Lebih terukur, berarti kemungkinan terjadinya penyelewengan lebih sempit dibanding kementerian lain. Jadi pertanyaan kemudian, bagaimana kasus yang menimpa eselon 3 Kemenkeu, Rafael Alun Trisambodo bisa memberikan peluang terjadinya penyelewengan itu. Meski belum terbukti, jelas ada masalah pada pengawasan di tingkat eselon yang sebenarnya, kata Sri Mulyani menjadi tanggung jawab Inspektorat Jenderal.  

Rafael Alun alumni STAN? Tapi kebanyakan posisi teras depan Kemenkeu tidak dipegang alumni STAN. Dengan tidak bermaksud mempertentangkan alumni pada posisi teras di Kemenkeu, apakah bisa menjadikan kementerian ini lebih berintegritas seperti dicita-citakan Menkeu Sri Mulyani?

Saya tidak berani menjawab. Tapi bicara alumni erat dengan kedekatan dan geng gengan. Tapi begini, mau alumni manapun, setiap manusia bisa memilih mau menjadi manusia setengah dewa atau menjadi manusia bahagia suka pamer. Semua manusiawi. Wassalam dulu ya pemirsaa... 




 





 



 



 


 

Comments

Popular posts from this blog

Pertanyaan-pertanyaan tentang: Apakah Para Blogger Sudah Mati?

Tjoen Tek Kie Nama Toko Obat Kuno di Jalan Sulawesi

Thoeng dan Pecinan di Makassar