Pok Depok

Sejak Covid-19 masih melanda Depok di awal September 2020, ada berita Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil berkantor di Depok. Sungguh tepat rasanya, sebab Walikota Depok mempersiapkan diri maju lagi sebagai Calon Walikota.Saya sendiri tidak pernah mendengar kinerja Walikota Depok sekarang. Banyak orang Depok bilang, Walikota yang maju lagi menjadi calon ini, tidak pernah turun ke warga-warganya. Namun bagi saya, turun ke warga sebenarnya tidak perlu selama kebutuhan buat warga Depok bisa terpenuhi. Meski bukan ber-KTP Depok, tapi cukuplah merasakan apa-apa yang terjadi di sekitaran tempat tinggal saya di Desa Cilodong, eh.. Kelurahan Cilodong Jatimulya. 


Baru kali ini berharap, kedatangan Gubernur Ridwan bisa memberikan atau setidaknya membuat nyaman warganya. Meski Depok hanya sebagian kecil dari Wilayah Jawa Barat, cukup banyak juga yang berharap, Gubernur Ridwan Kamil bisa melihat dan mendengar langsung warganya. Ya, Gubernur Ridwan dikhabarkan akan berkantor di Depok Seminggu atau Dua Minggu sekali atau dua kali dalam sepekan atau dua pekan. Entah berapa kali tepatnya, tapi saya pribadi juga berharap setidaknya ada perubahan. 


Di Depok, tepatnya di Jalan Boulevard Grand Depok City (GDC) jalannya sudah tidak beraspal lagi. Sungguh, menjengkelkan setiap kali melintas di jalan tersebut. Apalagi, saya dan ribuan warga Depok yang mayoritas memanfaatkan kereta Commuter, pasti akan melweti jalan ini bagi yang tinggal di sekitaran GDC dan Kalimulya. Lebih menjengkelkan lagi, jalan ini baru dalam proses betonisasi setelah, saya setidaknya lima tahun di Depok, baru kali ini merasakan jalan Boulevard dibeton. 


Momennya pas lagi, dekat-dekat pilkada. Asem. Susah mencari pemimpin Walikota yang betul-betul memperhatikan warganya. Tapi ya, pilkada adalah politik. Dan politik adalah kekuasaan. Kekuasaan adalah ego mempertahankan. Mempertahankan adalah kepentingan, dan tidak mungkin semua kepentingan terakomodir, apalagi kepentingan semua warga. Paling hanya segelintir yang berafiliasi. 


Namun saya juga bisa protes. Jangan pilih Walikota petahana. Harus butuh perubahan, hanya itu pilihan minimalis. Padahal, kalau mau bekerja dengan bener, Depok adalah Kota Penyangga Jakarta selain Bogor, Bekasi dan Tangerang. Kalau sebagai Kota Penyangga yang mengisi 20% Ibukota Jakarta setiap hari kerja, harusnya Kota Depok bisa maju. 


Ya setidaknya tatalah lingkungan perumahan dan jalan-jalan kecil. Jadikanlah Depok sebagai Kota untuk Tempat Tinggal yang Nyaman. Sebab pekerja Jakarta juga sebagian besar tinggal di sini, tapi hiburannya kurang, misalnya hiburan bersama keluarga. Depok hanya Margonda aja, Margonda lagi. Ingat Margonda yang terbayang macet. 


Udah ah, bobok..



Comments

Popular posts from this blog

Pertanyaan-pertanyaan tentang: Apakah Para Blogger Sudah Mati?

Tjoen Tek Kie Nama Toko Obat Kuno di Jalan Sulawesi

Thoeng dan Pecinan di Makassar