S ebenarnya ini adalah pertanyaan konyol. Mempertanyakan blogger sudah mati, harusnya dimulai dengan pertanyaan awal, apa tujuan atau awal mula membuat blog? Bagi saya, sejak mulai membuat blog awal mulanya itu ikut tren. Daku masih ingat, sekitar tahun 2005, tahun segitu adalah awal pertamakali saya mulai postingan pertama saya. Jadi, kalau dibilang apakah para blogger sudah mati? sebenarnya belum. Karena saya sampai sekarang masih menulis di blog saya. Kalau ditanya apakah para blogger di Indonesia dari Sabang sampai Merauke makin berkurang atau sedikit. Saya bisa jawab, betul makin berkurang. Seingat saya awal mula membuat blog sejak tren awal di tiga tahun pertama sejak tahun 2000, lebih banyak dimotivasi karena keinginan belajar menulis, belajar mencurahkan isi dan uneg-uneg-semacam catatan harian di luar aktivitas harian. Saya masih menyimpan catatan-catatan pertama saya sejak memulai menjadi blogger. Pun berkomunitas dengan para blogger lain berbagi ilmu. Dari tahun tahu...
S aya pikir, seorang tokoh anak muda yang mampu menyamai pemikiran Soe Hok Gie, adalah Ahmad Wahib-ia barangkali, eksistensialis sejati dengan pijakan dasar dari JP Sartre. “Tuhan aku ingin berbicara dengan engkau dalam suasana bebas. Aku percaya bahwa engkau tidak hanya benci pada ucapan-ucapan yang munafik, tapi juga benci pada pikiran-pikiran yang munafik, yaitu pikiran-pikiran yang tidak berani memikirkan yang timbul dalam pikirannya, atau pikiran-pikiran yang pura-pura tidak tahu akan pikirannya sendiri.” (Ahmad Wahib, pergolakan pemikiran Islam)
Halo ibuk. Selamat malam, semoga dalam keadaan sehat dan rahayu. Mencermati perkembangan dunia politik akhir-akhir ini, rasa-rasanya demokrasi yang dipertontonkan per hari ini adalah demokrasi paling lucu dan buruk sepanjang Indonesia merdeka. Ketika demonstrasi mahasiswa yang terjadi pada empat atau lima hari lalu-malam sebelum darurat Garuda Pacasila berlatar biru ramai memannggil riuh di media sosial haya dalam waktu dua hari, menjadi penanda ini adalah momen yang tepat supaya PDIP berpihak kepada rakyat. Ketika satu per satu kebohongan terungkap, hendaklah partai politik sebesar PDIP yang berpihak pada wong cilik ini harus menyatu di momen ketika demokrasi diamputasi. Harus cepat menangkap momen. Putusan MK yang berpihak pada rakyat harusnya disokong oleh partai sebesar PDIP. PDIP partai besar yang sudah makan asam garam, pernah jadi oposisi dan pernah tertatih-tatih di masa orde baru. Jika saya berhadapan sama ibu, yang sedang menyiram tanaman sehabis itu m...
Comments
Post a Comment
sekedar jejak..