Tips Menulis Berita

Era media sosial sekarang, sepertinya sudah tidak sulit memberikan informasi kepada khalayak. Siapapun sudah bisa memberi informasi yang tak kenal batas. Namun perlu barangkali membedakan informasi yang layak menjadi berita sehingga dipercaya khalayak (masyarakat penikmat berita)

Berita, sebagaimana pers memandang ialah suatu informasi yang layak dipercaya. Menurut pakem, berita mengandung fakta. 

Di dalamnya merujuk kepada kejadian sebab akibat melibatkan yang melibatkan pelaku di dalamnya, waktu serta tempat. kalau dalam ilmu pers akrab dikenal dengan istilah 5W+1H, antara lain terdiri atas who, what, when, why, where + how (semoga saya tak salah ingat).  

Saya sendiri sudah lama tak akrab dengan teori pers yang barangkali juga sudah sedemikian berkembangnya. Namun, saya masih mempraktekkan pers ala media cetak sehari-hari di media tempat saya bekerja. Hehe, maklum namanya juga wartawan dan mau belajar terus. Tapi saya mau sedikit berbagi kepada anda yang senang memberikan informasi sehingga layak dipercaya. Informasi itu, siapa tahu pada akhirnya layak menjadi berita. 

Misalnya, informasi soal kejadian kecelakaan yang tidak jauh dari lokasi anda berada. Ini berarti anda punya proximity atau kedekatan dengan apa yang akan anda sampaikan. Saya punya rumus singkat ketika masih menjadi wartawan radio. Menurut saya, wartawan radio adalah wartawan handal karena mampu mengefektifkan informasi sedemikian rupa ke dalam bahasa verbal yang efektif. Dan jika bahasa verbal dituliskan dalam bentuk berita ketikan, juga sungguh lebih maknyus dinikmati daripada menggunakan pakem bahasa jurnalistik yang sedikit 'kaku'. 

Rumusnya, ketika informasi yang akan anda sampaikan (kejadian) berada tidak jauh dari posisi anda berada. Maka gunakan rumus: siapa, mengapa dan karena apa. ini cara paling sederhana. Misalnya: 

Pengendara mobil Toyota Harrier bernomor plat B 231 xwz menabrak warga ketika melintas di Jalan Jenderal Sudirman, sore tadi. Pelaku rabrakan langsung kabur meninggalkan korban, ibu tua berumur sekitar 50 tahun. Akibatnya korban langsung tidak sadarkan diri dengan luka-luka di kepala dan langsung dilarikan warga ke rumah sakit tak jauh dari lokasi kejadian. 

Contoh di atas barangkali berita yang sangat sederhana yang membutuhkan informasi lanjutan (tambahan). Berita dengan satu paragraf tersebut sudah mengandung informasi yang cukup. Informasi ini layak dijadikan berita, selama kejadiannya belum terlampau lama dan menambah rentetan cerita. Di dalamnya sudah mengandung unsur: siapa, mengapa, karena apa. Anda tinggal menambahkan waktu kejadian. Informasi di atas baru sebatas pandangan mata, sebab anda berada tak jauh dari lokasi kejadian. Informasi akan menjadi utuh sebagai berita ketika anda melakukan rentetan tanya jawab perihal kejadian demi melengkapi bagaimana kejadian itu berlangsung, siapa nama korban, dirawat di rumah sakit mana dan sebagainya. 

Informasi dengan satu paragraf bagi saya sudah layak dipercaya yang seperlunya bisa anda sampaikan di media sosial. Namun, apakah ia layak menjadi berita? Tentu tidak selama informasinya hanya satu paragraf. Jika sudah begitu bertanyalah kepada yang berwenang. Sekadar saran, pemberi informasi bukan tuhan, meski ia pertama mengabarkan informasi itu. 

Demikian kuliah singkat saya. semoga bermakna dan berguna, tidak usah bagi nusa dan bangsa. Bergunalah bagi anda dan teman-teman anda di media sosial. Wassalam. 


emang siapa saya! mengkuliahi anda. hahahahaaaa. --catatan tengah malam 

Comments

Popular posts from this blog

Pertanyaan-pertanyaan tentang: Apakah Para Blogger Sudah Mati?

Tjoen Tek Kie Nama Toko Obat Kuno di Jalan Sulawesi

Thoeng dan Pecinan di Makassar