Sebuah Khabar
Semakin saya membaca, semakin dungu saja saya. Catatan di blog ini telah lama tak diisi dengan sesuatu. Lalu saya mulai mengumpulkan ingatan-ingatan yang lewat. Mengintip di sana-sini blog tetangga, teman atau pun blog orang. Wah, luar biasa.
Dunia blogger kini semakin kreatif. Tak hanya tulisan-tulisan keren yang saya temukan, foto-foto nan memikat dipadu tulisan cemerlang juga banyak saya jumpai.
Itulah kenapa saya semakin dungu, barangkali karena tak sering mengisi tulisan dalam blog ini, blog yang masih kuimpikan sebagai portofolio karya-karya pribadi saya. Tapi saya juga masih percaya mengasah tulisan menjadi lebih baik dan enak dicerna selalu dimulai dengan ketekunan menulis-menulis dan menulis.
Memulai blogger sejak 2005, kira-kira tahun terakhir menjadi mahasiswa di Makassar. Saya cukup tertarik dengan dunia pers kampus waktu itu dan memutuskan dua tahun sebelumnya, sebelum memiliki blog pribadi, saya bergabung dalam unit kegiatan pers mahasiswa, UKPM Unhas.
Dibandingkan kuliah di Fisipol Hubungan Internasional, sesungguhnya saya lebih banyak menghabiskan waktu di luar perkuliahan. Maklum, waktu itu, dunia diskusi di Unhas jaman saya cukup riuh di setiap fakultas maupun antar fakultas. Tapi, sebenarnya saya mendapati, daripada berdiskusi panjang lebar, lebih suci kata-kata dan omongkosong itu dijewantah dalam tulisan. Sejak itu, saya juga beranggapan bahwa tulisan adalah sebuah janji, doa-doa, mimpi-mimpi yang tercatatkan.
Selain berdiskusi dan menulis, tradisi di UKPM Unhas, ialah melakukan aksi-aksi yang menantang kebijakan rektorat hingga kebijakan pemerintahan di masa itu. Tapi, saya bukan aktivis dan tentu saja, semasa mahasiswa kami, yang dungu-dungu ini di UKPM tak mau dikata aktivis.
Teman-teman seangkatan saya di UKPM kini lebih banyak bergiat di dunia pendidikan, sastra, bahkan masih ada yang terjun memberdayakan menyadarkan masyarakat tentang pentingnya arti demokrasi. Sedangkan saya, bergiat sebagai wartawan. Ingin rasanya berjumpa dengan mereka dan sekali-sekali bolehlah mengadu kenang, dahulu, semasa culun masa mahasiswa.
Apa khabar Goenawan Elake, Dedy Hermansyah, Adam Kurniawan dan kawan-kawan seangkatan saya. Hehe, semoga sehat dan baik selalu. Mereka, kini telah menemukan bentuk, jatidiri atau masa depan tentunya. Tak apalah saya berkata begitu sebab umur kami sudah kepala tiga (Hihi lagi).
Itu baru teman seangkatan, belum guru-guru saya yang hebat-hebat atau kawan-kawan lain yang juga saya anggap guru tempat belajar yang baik dari hasil berbagi diskusi. Apa khabar om Aan Mansyur, Om Jimpe Rahman, Om Anchu, Kak Rahmat, Kak Ochan, Kak Udin, Kaka Nuru, Kak Neneng dan keluarga besar bobel di kampung Buku.
Saya jauh, bekerja di Jakarta dan tinggal di Tangerang bersama istri saya tercinta, sementara mereka kebanyakan di Makassar, kecuali untuk beberapa kawan. cuman Jakarta itu makan waktu di perjalanan. Jadi, bertemu seperti barang langka di sini. Jadi, kadang-kadang saya hanya membaca khabar-khabar mereka lewat tulisan, entah di blog entah di koran dan dimana-mana saja.
Tapi toh, meski berjauhan kita tetap erat dan dekat. Menulis barangkali menyatukan kami, lewat kata-kata, perasaan dan khabar itu sendiri. Saya yakin kita masih sering mencari khabar lewat intip-intipan. Pun saya juga begitu.
Mimpi kita, semoga tetap terjaga dan mengejewantah. Amin.
Dunia blogger kini semakin kreatif. Tak hanya tulisan-tulisan keren yang saya temukan, foto-foto nan memikat dipadu tulisan cemerlang juga banyak saya jumpai.
Itulah kenapa saya semakin dungu, barangkali karena tak sering mengisi tulisan dalam blog ini, blog yang masih kuimpikan sebagai portofolio karya-karya pribadi saya. Tapi saya juga masih percaya mengasah tulisan menjadi lebih baik dan enak dicerna selalu dimulai dengan ketekunan menulis-menulis dan menulis.
Memulai blogger sejak 2005, kira-kira tahun terakhir menjadi mahasiswa di Makassar. Saya cukup tertarik dengan dunia pers kampus waktu itu dan memutuskan dua tahun sebelumnya, sebelum memiliki blog pribadi, saya bergabung dalam unit kegiatan pers mahasiswa, UKPM Unhas.
Dibandingkan kuliah di Fisipol Hubungan Internasional, sesungguhnya saya lebih banyak menghabiskan waktu di luar perkuliahan. Maklum, waktu itu, dunia diskusi di Unhas jaman saya cukup riuh di setiap fakultas maupun antar fakultas. Tapi, sebenarnya saya mendapati, daripada berdiskusi panjang lebar, lebih suci kata-kata dan omongkosong itu dijewantah dalam tulisan. Sejak itu, saya juga beranggapan bahwa tulisan adalah sebuah janji, doa-doa, mimpi-mimpi yang tercatatkan.
Selain berdiskusi dan menulis, tradisi di UKPM Unhas, ialah melakukan aksi-aksi yang menantang kebijakan rektorat hingga kebijakan pemerintahan di masa itu. Tapi, saya bukan aktivis dan tentu saja, semasa mahasiswa kami, yang dungu-dungu ini di UKPM tak mau dikata aktivis.
Teman-teman seangkatan saya di UKPM kini lebih banyak bergiat di dunia pendidikan, sastra, bahkan masih ada yang terjun memberdayakan menyadarkan masyarakat tentang pentingnya arti demokrasi. Sedangkan saya, bergiat sebagai wartawan. Ingin rasanya berjumpa dengan mereka dan sekali-sekali bolehlah mengadu kenang, dahulu, semasa culun masa mahasiswa.
Apa khabar Goenawan Elake, Dedy Hermansyah, Adam Kurniawan dan kawan-kawan seangkatan saya. Hehe, semoga sehat dan baik selalu. Mereka, kini telah menemukan bentuk, jatidiri atau masa depan tentunya. Tak apalah saya berkata begitu sebab umur kami sudah kepala tiga (Hihi lagi).
Itu baru teman seangkatan, belum guru-guru saya yang hebat-hebat atau kawan-kawan lain yang juga saya anggap guru tempat belajar yang baik dari hasil berbagi diskusi. Apa khabar om Aan Mansyur, Om Jimpe Rahman, Om Anchu, Kak Rahmat, Kak Ochan, Kak Udin, Kaka Nuru, Kak Neneng dan keluarga besar bobel di kampung Buku.
Saya jauh, bekerja di Jakarta dan tinggal di Tangerang bersama istri saya tercinta, sementara mereka kebanyakan di Makassar, kecuali untuk beberapa kawan. cuman Jakarta itu makan waktu di perjalanan. Jadi, bertemu seperti barang langka di sini. Jadi, kadang-kadang saya hanya membaca khabar-khabar mereka lewat tulisan, entah di blog entah di koran dan dimana-mana saja.
Tapi toh, meski berjauhan kita tetap erat dan dekat. Menulis barangkali menyatukan kami, lewat kata-kata, perasaan dan khabar itu sendiri. Saya yakin kita masih sering mencari khabar lewat intip-intipan. Pun saya juga begitu.
Comments
Post a Comment
sekedar jejak..