Kopi Tak Soal Meracik
Jam tangan baru menunjuk pukul 10 malam. Masih ada waktu satu jam lagi, kereta listrik terakhir tiba di peron dua, waktu Stasiun Gondangdia. Jauh di bawah tangga, dua jalur pejalan kaki bertumpuk para pedagang kaki lima, tukang ojek, dan tukang sampah. "Halo Pak Andre, Pa Khabar pak, lama tak jumpa ini. Sehat ya pak," seorang calo nyeletuk tiba-tiba. Pak Andre, persis, duduk di samping saya, di lapak terbuka warung kopi dadakan. "Iya nih pak, alhamdulilah baik pak," kata Pak Andre, barangkali, setengah terpaksa menjawab basa-basi calo bertopi itu. Calo itu menambah basa-basinya. "Gimana nih pak pilkada, milih siapa?" masih dengan terpaksa, Pak Andre menjawab seadanya. "Milih Foke-lah, masih jagoan dia," ucap pak Andre, sembari meneguk kopi, sambil mengalihkan pandangan memainkan jemari pada ponselnya. Nikmatkah kopi sambil curi dengar perbincangan orang-orang sekitar? Bisa jadi. Saya kalau ditanya begitu, saya akan menjawab nikmat. kopi aka...