Tjoen Tek Kie Nama Toko Obat Kuno di Jalan Sulawesi
Makassar itu sangat menarik untuk dikaji. Terutama karena keberagamannya. Di makassar, dahulu ada Kampung Cina, Kampung Arab, dan Melayu. Jaman belanda berkuasa, mereka, para pendatang itu ditempatkan dalam satu distrik tersendiri dibawah kepemimpinan Mayor Thoeng. Jabatan Mayor pada masa itu disematkan sebagai kepala kecamatan. Tugasnya, memungut pajak dan upeti untuk dikumpulkan kepada Ratu Belanda. Salah satu daerah kampung Cina (dulu, konotasi cina masih akrab di jaman penjajajahan sebelum adanya kerusuhan bernuansa sara) yang paling menarik adalah Jalan Sulawesi. Saya lupa nama jalan ini di jaman Belanda. Tapi saya ingin cerita perjalanan singkat saya sewaktu bekerja sebagai jurnalis meliput perihal Tionghoa di Makassar. Tjoen Tek Kie, adalah salah satu toko obat ang masih bertahan sejak jaman Belanda ini.
***
Nenek perempuan itu mengenalkan diri. Namanya Tjang usianya renta sekitar 70 tahun, berasal dari etnis Kanton. Suara saya hampir lagi tak kedengaran karena nenek Tjang mengalami gangguan pendengaran. Tapi ia masih fasih berbicara, dan menulis tulisan kanji.
Ayahnya seorang shinshe (tabib) di daerah Parepare. Sang ayah pernah buka praktek pengobatan pada masa penjajahan Jepang. Namun, setelah pindah ke Makassar, praktek pengobatan itu tidak dia jalani lagi. Kini, Tjang tinggal di rumah anaknya di jalan Sangir. Di rumah toko itu, anaknya berjualan perlengkapan klenteng.
Tjang mengingat, usai ayahnya meninggal, ia mendapat warisan resep-resep obat tadi. Resep itulah yang sering dia andalkan jika ada anggota keluarga yang sakit. "Yang papa simpan itu lebih banyak resep untuk orang hamil, mulai dari masa kehamilan hingga pascakehamilan," katanya. Ada juga beberapa resep untuk obat demam dan sakit perut pada anak.
Tjang bisa membedakan mana resep untuk wanita hamil atau obat deman untuk anak-anak. Resep itu dia bawa ke toko obat. Penjaga toko kerap mengerti obat apa yang harus diberikan setelah melihat resep itu. "Saya menganjurkan anak dan cucu saya untuk menggunakan resep tradisonal ini,"katanya.
Toko obat tradisional itu masih ada beberapa di Jalan Sulawesi yang masih ada sejak tahun 1940-an sampai sekarang. Toko obat Semi Selatan, Tjoen Tek Kie, dan Gosal Jaya misalna. Dulu di jalan Sulawesi, ada banyak toko obat. Namun belakangan banyak yang gulung tikar dan beralih membuka usaha lain. Toko obat yang bertahan cukup lama di Jalan Sulawesi ini adalah toko obat Tjoen Tek Kie yang sa at ini dikelola oleh generasi keempat bernama Obi, 40 tahun.
Tjoen Tek Kie dikenal juga sebagai toko obat Bintang Selatan. Dahulu, pada masa Orde Baru, nama-nama Tionghoa diharuskan diubah menjadi nama Indonesia. "Nah waktu itu, kami tidak diperbolehkan memakai nama Tionghoa. Makanya di papan nama tertulis Bintang Selatan tapi di bawahnya kami tulis kecil, Tjoen Tek Kie," kata dia.
Obi tak ingat persis nama kakek buyut pendiri pertama Tjoen Tek Kie. "Sejauh yang saya ingat, toko obat kami ini termasuk yang pertama berada di Jalan Sulawesi," kata Obi. Ayah Obi bernama Fredy Suryanto juga dikenal sebagai peracik obat yang handal. "Dulu, itu pemilik obat Gosal Jaya di depan toko kami, masih kerja disini sama bapak saya. Namun, setelah itu mereka berkembang dan buka toko sendiri," kata dia. Obi mengatakan, dia tidak ingat nama toko obat pertama yang ada di Jalan Sulawesi. "Yang jelas Toko Obat Tjoen Tek Kie termasuk yang pertama,” katanya. Setelah itu disusul toko Sumber Bahagia , Gosal Jaya, dan Semi Selatan. “Saya sudah lupa-lupa ingatlah."
Para pemilik toko obat itu, kata i Obi, dulu juga kerja sebagai pegawai , toko obat. "Ya begitu, mereka dulu a ada kerja sama kami, atau kerja di toko obat lain, baru kemudian mem , buka toko baru," kata dia.
i Chu Lan Sheng, pemilik Toko Obat Setia Sentral yang berada di i Jalan Sarappo mengatakan, dirinya baru membuka toko obat tahun 1980-an. Sebelumnya dia bekerja di toko obat Semi Selatan sebagai pen jaga toko. Setelah banyak mempelao jari racikan obat, dia mengadu nasib dengan membuka toko sendiri.
Lan Sheng mengatakan toko obat Cina telah ada sejak zaman penjajahan. Apotek baru muncul pada ja man kemerdekaan yang diawali de , ngan berdirinya apotek Kimia Far . ma di Jalan AhmadYani."Saya ingat, obat pusing modern yang top saat a itu adalah Naspro dan Pilkina," katanya.
Para pelanggan di toko obat kai wasan pecinan umumnya pelanggan o lama yang berkhabar dari mulut ke g mulut. "Yang penting jangan salah obat," kata Iwan, 40 tahun, yang bia sa memesan obat kuat di Jalan Sarappo. | Foto : Galeri Makassar Kota
***
Ayahnya seorang shinshe (tabib) di daerah Parepare. Sang ayah pernah buka praktek pengobatan pada masa penjajahan Jepang. Namun, setelah pindah ke Makassar, praktek pengobatan itu tidak dia jalani lagi. Kini, Tjang tinggal di rumah anaknya di jalan Sangir. Di rumah toko itu, anaknya berjualan perlengkapan klenteng.
Tjang mengingat, usai ayahnya meninggal, ia mendapat warisan resep-resep obat tadi. Resep itulah yang sering dia andalkan jika ada anggota keluarga yang sakit. "Yang papa simpan itu lebih banyak resep untuk orang hamil, mulai dari masa kehamilan hingga pascakehamilan," katanya. Ada juga beberapa resep untuk obat demam dan sakit perut pada anak.
Tjang bisa membedakan mana resep untuk wanita hamil atau obat deman untuk anak-anak. Resep itu dia bawa ke toko obat. Penjaga toko kerap mengerti obat apa yang harus diberikan setelah melihat resep itu. "Saya menganjurkan anak dan cucu saya untuk menggunakan resep tradisonal ini,"katanya.
Toko obat tradisional itu masih ada beberapa di Jalan Sulawesi yang masih ada sejak tahun 1940-an sampai sekarang. Toko obat Semi Selatan, Tjoen Tek Kie, dan Gosal Jaya misalna. Dulu di jalan Sulawesi, ada banyak toko obat. Namun belakangan banyak yang gulung tikar dan beralih membuka usaha lain. Toko obat yang bertahan cukup lama di Jalan Sulawesi ini adalah toko obat Tjoen Tek Kie yang sa at ini dikelola oleh generasi keempat bernama Obi, 40 tahun.
Tjoen Tek Kie dikenal juga sebagai toko obat Bintang Selatan. Dahulu, pada masa Orde Baru, nama-nama Tionghoa diharuskan diubah menjadi nama Indonesia. "Nah waktu itu, kami tidak diperbolehkan memakai nama Tionghoa. Makanya di papan nama tertulis Bintang Selatan tapi di bawahnya kami tulis kecil, Tjoen Tek Kie," kata dia.
Obi tak ingat persis nama kakek buyut pendiri pertama Tjoen Tek Kie. "Sejauh yang saya ingat, toko obat kami ini termasuk yang pertama berada di Jalan Sulawesi," kata Obi. Ayah Obi bernama Fredy Suryanto juga dikenal sebagai peracik obat yang handal. "Dulu, itu pemilik obat Gosal Jaya di depan toko kami, masih kerja disini sama bapak saya. Namun, setelah itu mereka berkembang dan buka toko sendiri," kata dia. Obi mengatakan, dia tidak ingat nama toko obat pertama yang ada di Jalan Sulawesi. "Yang jelas Toko Obat Tjoen Tek Kie termasuk yang pertama,” katanya. Setelah itu disusul toko Sumber Bahagia , Gosal Jaya, dan Semi Selatan. “Saya sudah lupa-lupa ingatlah."
Para pemilik toko obat itu, kata i Obi, dulu juga kerja sebagai pegawai , toko obat. "Ya begitu, mereka dulu a ada kerja sama kami, atau kerja di toko obat lain, baru kemudian mem , buka toko baru," kata dia.
i Chu Lan Sheng, pemilik Toko Obat Setia Sentral yang berada di i Jalan Sarappo mengatakan, dirinya baru membuka toko obat tahun 1980-an. Sebelumnya dia bekerja di toko obat Semi Selatan sebagai pen jaga toko. Setelah banyak mempelao jari racikan obat, dia mengadu nasib dengan membuka toko sendiri.
Lan Sheng mengatakan toko obat Cina telah ada sejak zaman penjajahan. Apotek baru muncul pada ja man kemerdekaan yang diawali de , ngan berdirinya apotek Kimia Far . ma di Jalan AhmadYani."Saya ingat, obat pusing modern yang top saat a itu adalah Naspro dan Pilkina," katanya.
Para pelanggan di toko obat kai wasan pecinan umumnya pelanggan o lama yang berkhabar dari mulut ke g mulut. "Yang penting jangan salah obat," kata Iwan, 40 tahun, yang bia sa memesan obat kuat di Jalan Sarappo. | Foto : Galeri Makassar Kota
Slmt MLM..kalau obat kangker hari ada gak di jual
ReplyDelete