Posts

Showing posts from May, 2012

Tjoen Tek Kie Nama Toko Obat Kuno di Jalan Sulawesi

Image
Makassar itu sangat menarik untuk dikaji. Terutama karena keberagamannya. Di makassar, dahulu ada Kampung Cina, Kampung Arab, dan Melayu. Jaman belanda berkuasa, mereka, para pendatang itu ditempatkan dalam satu distrik tersendiri dibawah kepemimpinan Mayor Thoeng. Jabatan Mayor pada masa itu disematkan sebagai kepala kecamatan. Tugasnya, memungut pajak dan upeti untuk dikumpulkan kepada Ratu Belanda. Salah satu daerah kampung Cina (dulu, konotasi cina masih akrab di jaman penjajajahan sebelum adanya kerusuhan bernuansa sara) yang paling menarik adalah Jalan Sulawesi. Saya lupa nama jalan ini di jaman Belanda. Tapi saya ingin cerita perjalanan singkat saya sewaktu bekerja sebagai jurnalis meliput perihal Tionghoa di Makassar. Tjoen Tek Kie, adalah salah satu toko obat ang masih bertahan sejak jaman Belanda ini. *** Nenek perempuan itu mengenalkan diri. Namanya Tjang usianya renta sekitar 70 tahun, berasal dari etnis Kanton. Suara saya hampir lagi tak kedengaran karena nenek T...

n a m a

Image
Nama saya sama dengan namanya. Iksan. Usia jelasnya, tidak pernah saya ketahui. Tapi belum menginjak 40 tahun. Tak pernah menginjak bangku kuliah, tapi ia seorang seniman. Iksan adalah anak teater sanggar Merah Putih di Makassar. Lantaran sibuk, ia jarang lagi main teater, dan hanya tampil sebagai pembuka acara saat pementasan berlangsung di gedung kesenian Jalan Riburane, Makassar. Suaranya lazim, sangat cocok untuk tipikal pembawa berita. Saya sekawan dengan dia sewaktu bekerja di radio, tujuh tahun silam. Saya orang lapangan, bertugas mencari berita. Sedang dia, orang studio atau penyiar berita. Belum jelas, apakah ia telah menikah dan punya anak. Tapi tahun lalu, saya dengar ia telah menikah. Saban malam berkongkow di gedung kesenian, saya pasti bertemu dengannya. Memesan kopi tengah malam, dan bercerita sana-sini, sedikit, ngalur-ngidul, tapi tentang banyak hal. Pertengahan 2008, kami bercerita perihal perihal identitas nama-nama unik. "Kalau kau punya anak, beri saja nam...

Benda Sepele di Tangan Anda

Image
Saya lupa sejak kapan saya memakai jam tangan. Tapi banyak cerita saya punya sejak memiliki jam tangan. Seumur-umur assesoris tubuh saya hanya ada dua. Kacamata dan jam tangan. Kacamata saya pakai sejak kelas satu SMA. Jam tangan, setahun kemudian tak pernah absen menjadi assesoris kedua saya. Kacamata, memang wajib, sebab mata saya minus tiga dan empat. Jika jimat satu itu tak kepakai, seolah panca indera saya hilang satu. Berbeda dengan jam tangan. Kalau yang ini (jam tangan) hilang, juga tak lengkap bagian tubuh saya. Selain itu, memang ada banyak assesoris lain di tubuh saya tapi tak bertahan lama. Misalnya cincin, manikmanik gelang, dan kalung. Kacamata dan Jam tangan sudah menjadi azimat buat saya, tak memakai salah satunya, seperti ada yang hilang. *** Saban pagi dahulu kala di atas angkot menuju ke sekolah saya bingung melakukan sesuatu. Berdempet ria di atas angkutan umum dengan berbagai bau parfum dan bebau lainnya membuat saya kikuk. Daripada memandangi wajah orang...

Tulisan Tangan

Image
Sejak awal memulai blog ini tahun 2005, saya mau belajar. Belajar selamanya. Banyak inspirasi saya dapati dari penulis-penulis catatan harian semisal Soe Hoek Gie dan Ahmad Wahib. Dua penulis catatan harian ini memang paling menginspirasi. Soe Hoek Gie melalui Catatan Seorang Demonstran, saya membacanya, sejak masih sekolah di kelas tiga SMA. Waktu itu, bisa dibilang itulah kali pertama saya membaca buku paling tebal. Buku ini saya dapatkan di kamar kakak perempuan saya. Kala itu, ia masih mahasiswa ilmu komunikasi. Buku ini bikin saya tertarik karena kisah perjalanannya memotret masa mahasiswa di tahun 1965. Ia orang Tionghoa yang konsisten. Soe memotret perjalanan kehidupan mahasiswa dan berkuliah di Universitas Indonesia. Soe yang kuliah di Universitas Indonesia itu, saban kali rajin menulis kata-kata melalui pena. Saya membayangkan kenikmatan menulis melalui pena, sebagaimana yang dirasakan Soe Hoek Gie saat itu. Ahmad Wahib lain lagi. Hal yang paling saya rasakan saat membac...