Duit Kita Ada di Surga Mereka

Ini bukan sesuatu banget yah. Tapi kebetulan saja. Baru saja saya menonton film dokumenter, judulnya, Capitalism : A Love Story. Film ini bersifat dokumenter perjalanan barangkali, karya Michael Moore yang terkenal itu. Ia mengupas habis kapitalisme, berawal dari tempat sang sutradara-Michael Moore bertumbuh, di Kota Flint, Michigan. Flint adalah sebuah kota kecil, lokasi pertama pabrik mobil General Motor. Ayah Michael Moore, adalah seorang pegawai di General Motor.

Sebagai penikmat film, sungguh, saya sangat mengagumi pembuatan film dokumenter ini. Terutama Keberanian Michael Moore mengangkat dampak kapitalisme, juga, sungguh menerangkan apa itu kapitalisme. Saya menyimpulkan kapitalisme adalah uang, modal, materi. Dan sungguh, jika hanya uang dan modal yang diandalkan dalam hidup, saya tidak tahu seserakah apakah kita. Di Amerika, Michael Moore menggambarkan bagaimana ketergantungan masyarakat terhadap duit.

Tentu saja, setiap orang bisa mendapatkan duit, dengan cara meminjam di bank. Catatannya, setiap orang yang meminjam di bank disertakan bunga. Ya seperti di negara kitalah, minjam duit tentu saja ada bunga dan jaminan. Persoalannya, di Amerika pinjaman modal begitu dahsyat. Tak hanya meminjam duit, masalah asuransi hidup pun, juga ganas. Perusahaan raksasa macam Golden Sach, Merlyn Inc, JP Morgan, atau yang pernah berjaya semasa Ronal Reagan General Elektrik, barangkali bukti kapitalisme amerika.

Saya seperti anda barangkali, tidak banyak mengerti tentang sistem keuangan dan modal. Tapi, Michael Moore menggambarkan kapitalisme itu begitu sederhana. Intinya, modal, jaminan milik rakyat semua tertampung di perusahaan raksasa yang saya sebutkan tadi. Setelahnya, mereka mengadu peruntungan layaknya judi. Modal itu, diperjualbelikan berdasarkan bursa saham. Di Amerika kita mengenal Bursa raksasa, Wall street. Disinilah peruntungan para pemilik modal raksasa itu.

Michael Moore menggambarkannya, berjudi. Ya, seolah bermain judi--poker, peruntungan kita ada di tangan mereka. Jangan heran, kenapa sebab, ada bunga yang tiba-tiba mencekik. Jika ada pemilik modal, tentu saja ada tukang tagih. Tukang tagih ini adalah perpanjangan tangan dari perusahaan raksasa itu. Lagi-lagi sang sutradara menggambarkan, tukang tagih layaknya seorang mafia. "Kalau loe ngak ada uang, minjemlah sama saya, permbayarannya janganlah dipikirkan sekarang." kira-kira begitu gaya, si tukang tagih mencari mangsa.

Jadi, nasib kita sebenarnya di tentukan di tangan bursa efek raksasa itu. Amerika mungkin lupa, di awal 1960, 1970, dan 1980-an, sangat kaya dan makmur. Sebab, persaingan kala itu, belum hangat. Maklum, negara-negara eropa dan asia semisal, Jepang baru saja membangun, setelah perang dunia kedua.

Kini, setelah negara raksasa ekonomi itu pulih, persaingan pun tidak bisa dihindari. Mobil keluaran amerika seperti General Motor, kalah bersaing dengan mobil buatan Jepang, dan Jerman. Akhirnya, ada resesi di Amerika. Siapa yang menanggung, ya rakyat kecil. Kini, sebagaimana yang kita dengar dan kita tonton di layar tivi, warga amerika berusaha menduduki bursa Wall Street. Korea Selatan, juga ikut. Dan, Indonesia, melalui Occupy juga mencoba hal yang sama.

Saya berkesimpulan, jika sistem kapitalis seperti ini diterapkan. Duit akan menjadi tuhan, orang akan berlomba mengumpul materi. Ini, tentu saja erat kaitannya dengan nafsu. Misalnya, jika ada sepeda yang lebih bagus dari sepeda saya, tentu saja, orang lain berusaha membelinya, apapun caranya. Mungkin, surga itu hanya ada di bursa efek. Dengan catatan, mereka penikmat surga, hanya orang terbatas, bagi mereka yang memiliki materi miliaran hingga triliunan jumlahnya. "Kita berada di mana sekarang, atau mau lenyap di neraka yang itu-itu juga." Ini protes saya dalam hati jika tidak berontak.

Jadi, duit kita, telah lama berada di surga milik mereka sekarang. Kita yang telah membeli sesuatu dan kena pajak, kita yang telah membayar premi asuransi dan perbankan, dan kita yang telah dikenakan pajak penghasilan. Barangkali masih ada kita-kita yang lain, entah duitnya diapakan.

Duitnya mau diapakan, yang jelas, duit itu telah lama ada di surga. Nama surga itu, bursa efek. Surga yang hanya ditempati para pemilik modal. Dan, mari menganggap itu haram, dan selayaknya mereka berada dalam neraka. Amin..

Comments

  1. oh iya, saya mungkin akan memuat tulisan panjang tentang duit di tengah global, efek dan pengaruhnya terhadap kite di tengah global. Maklum, soalnya baru blajar jadi wartawan makro ekonomi.. salam

    ReplyDelete

Post a Comment

sekedar jejak..

Popular posts from this blog

Pertanyaan-pertanyaan tentang: Apakah Para Blogger Sudah Mati?

Tjoen Tek Kie Nama Toko Obat Kuno di Jalan Sulawesi

Thoeng dan Pecinan di Makassar