Edisi Susah

Saya mengutakatik blog saya dan mendapati pagerank blog ini mencapai page rank 2. Menurut sejumlah teman, ini sudah luarbiasa. Tapi itu tak penting. Blog ini tidak menjadi patokan standar yang harus diikuti. Itu semakin membebani.

Percayalah. Awalnya saya meniatkan blog ini sebagai sebuah perjalanan. Tahun 2005 akhir kalau tak salah, saya memulainya. Saya ingin mengenangnya, karena dulu setiap kali tulisan dalam blog ini mencapai angka seratus, saya merayakannya dengan cara berbeda. Mengenang, adalah salah satunya.

Kalau menurut catatan blogger, blog ini dibuat Bulan Agustus 2005. Masa-masa itu adalah masa-masa imut saya. Masa yang tak jelas berujung akan kemana saya. Waktu itu, saya telah menyelesaikan kuliah kerja nyata (KKN). Tepatnya di Kabupaten Pinrang, Kecamatan Duampanua.

Tidak seperti kebanyakan-mahasiswa imut lainnya. Saya tak banyak kritis di masa-masa KKN yang berlangsung selama tiga bulan itu. Mereka membilang apa gunanya KKN. Tapi bagi saya, KKN adalah nostalgia. Pentingkah? saya jawab penting. Apalagi bagi saya orang kota. Tapi tenanglah, Bapak saya juga orang Pinrang meski saya jarang ke kampung.

Nenek, ibu bapak saya ada di kecamatan tetangga. Namanya Patampanua. Lebih tepatnya di Benteng, Teppo, dekat bendungan. Kau tau kenapa saya membilang nostalgia KKN itu penting. Karena nostalgia itu juga belajar. Ya, belajar dari hidup orang. Dan saya banyak belajar dari mereka, masyarakat di lokasi KKN saya.

Sedikitnya empat jam perjalanan ditempuh untuk sampai di lokasi KKN saya. Nama Kecamatannya Duampanua beribukota Pekkabata, dan berbatasan langsung dengan Polewali Mamasa. Saya bersama lima teman lainnya kebagian desa Buttusawe. Ada tiga dusun di sana. Satu dusun terpisah dari sungai. Dua dusun lainnya saya sebut mendingan karena masih memiliki akses dengan kota. Paling tidak, dengan menggunakan motor kepala desa saya, saya bisa menempuh kota pekkabata dengan perjalanan setengah jam.

Oleh lima teman saya, didaulatlah saya menjadi sekretaris desa. Teman saya dari jurusan komunikasi diangkat menjadi koordinator desa. Tapi dibanding mereka, saya satu-satunya yang cukup dekat dengan kepala desa. Mendengar cerita rahasia mungkin juga paling banyak saya dengar dibanding teman KKN saya.

Cerita-cerita perselingkuhan ternyata sebuah hal yang biasa di Kampung Buttusawe. Tapi ini cerita diam-diam. Menyebutnya bisa masuk kategori rahasia umum. Pura-pura tak mengetahui, padahal mereka mengetahuinya. Atau bisa juga seperti ini : SStttt jangan bilang siapa-siapa. Padahal yang dibilangi juga sudah mengetahuinya.

Maaf, saya tak bisa bercerita detil mengenai kejadian-kejadian yang ada di Buttusawe. Sebab kejadian perselingkuhan ini masih berlangsung sampai sekarang. Melibatkan pejabat desa dan ketua karangtaruna di kampung setempat. Tapi mereka, para pemain perselingkuhan itu begitu lihai dan cerdas. Saya terkaget-kaget dibuatnya.

Pernah, waktu detik-detik terakhir masa KKN saya hampir berakhir, saya berjanji akan menuliskan ceritanya. Menggambarkan detailnya seperti apa. Tapi sampai sekarang saya gagal menggambarkannya. Padahal, ini adalah janji yang saya buat kepada mereka, salah satu pelaku dalam cerita selingkuh itu.

Sampai sekarang saya tau, bercerita itu susah. Apalagi menuliskannya dalam beberapa ribu karakter. Saya tidak tau kenapa? Tersebab barangkali karena saya pernah berjanji pada seseorang itu.

Dan itu tidak enak, karena menyangkut anak-anak mereka kelak. Jadi, saya hanya menuliskannya beberapa bait puisi. Dan ia membalasnya.

Comments

Popular posts from this blog

Pertanyaan-pertanyaan tentang: Apakah Para Blogger Sudah Mati?

Tjoen Tek Kie Nama Toko Obat Kuno di Jalan Sulawesi

Thoeng dan Pecinan di Makassar