I La Galigo dan Cerita di balik Tembok Fort Rotterdam
Malam yang cerah dan semilir angin sepoi sungguh romantis. Belum ada rintik hujan yang bakal keras menghantam Makassar di Jalan Ujung Pandang yang masih tergolong daerah pantai. Di emperan jalan itu, sepasang kekasih duduk santai di warung remang. Sambil menikmati es kelapa muda. Keduanya bertanya heran. "Acara apa di seberang sana?" Setelah membaca baliho raksasa, ada tanya kemudian. "Apa itu Lagaligo?" Keduanya tak jauh dari Benteng Fort Rotterdam-atau sekitar 20 meter pintu gerbang di seberang jalan, tempat berlangsungnya pementasan teater megah tahun ini, I La Galigo. Wajar ada yang berpendapat kalau pementasan pementasan I La Galigo adalah utopia bagi sebagian masyarakat biasa. Barangkali perkataan itu ada benarnya, jika merujuk pada seni pertunjukan. Apalagi I La Galigo adalah warisan budaya bugis kuno yang diangkat ke atas seni pertunjukan teater. "Seni itu mahal bung. Mengelolanya itu butuh kerja keras," kata Asdar Muis RMS, budayawan Makassar....