Beragam Masalah Dalam Secangkir Kopi
Berpetualang
Kalau anda bukan pengelana kopi, berarti anda belum masuk dalam kategori pencinta kopi. Anda baru berada dalam tahapan penikmat kopi. Orang-orang yang bagaimana kita menyebut si pengelana kopi itu? jawabannya tentu saja orang yang tidak hanya berdiam di satu warung kopi saja. Lantas siapa pencinta kopi itu?
Aduh! menjawabnya tentu saja sangat susah. Paling tidak jawabannya tidak akan anda dapat, ketika anda berada di dalam warung kopi yang itu-itu juga. Sebab, warung kopi yang seperti itu adalah warung kopi yang bebal dengan seenaknya menghakimi selera anda bertumpah-tumpah susu atau gula, layaknya hakim yang langsung memvonis citarasa anda.
Siapa yang tahu, selera anda adalah kopi tanpa susu, kopi tanpa gula atau kopi setengah gula dan setengah susu. Sekali lagi Who One To Knows selera anda. Jadi kalau anda tidak berpetualang kopi, berarti anda belum masuk dalam kategori pencinta kopi. Pencinta kopi adalah orang-orang yang memiliki jiwa petualang yang bebas. Idealnya mudah protes, ketika rasa dan citarasa tak lagi sesuai. Ia merdeka dengan jiwa petualangnya tanpa justifikasi vonis sang pemilik warung.
Pertengkaran
Saya belum pernah mendengar, ada sepasang suami istri yang setiap pagi bertengkar gara-gara kopi. Tapi, sekali lagi siapa yang tahu, anda bisa saja bertengkar hebat dengan istri anda atau sebaliknya gara-gara kopi. Saya mulai percaya kalau secangkir kopi dengan komposisi yang sama--sama, dan selalu sama, jika diperlakukan berbeda rasanya juga akan berbeda.
Ceritanya, ada sepasang suami istri yang bahagia semasa pacaran betul-betul sangat bahagia. Tapi, suatu ketika setelah hidup setahun, pertengkaran menghinggapi rumah tangga mereka. Alasannya, gara-gara kopi. Sang suami hampir setiap hari memarahi sang istri.
Usut punya usut masalahnya, sang istri tidak tahu kalau kopi dengan komposisi yang sama jika diperlakukan berbeda, rasanya juga akan berbeda. Sang istri tidak tahu, meski berkali-kali sang suami berpesan untuk menyajikan kopi, cukup dengan dua sendok gelas. Tapi rasanya tetap berbeda. Sang istri tidak tahu, jika ia menyajikan komposisi gula dengan takaran dua sendok gelas setiap hari, tapi berbeda pada jumlah adukan rasanya juga bisa berbeda.
Percaya tidak percaya, anda bisa mencobanya di rumah. Normalnya, hitung adukan pada setiap putaran cangkir atau gelas 360 derajat itu sebanyak 30 kali. Coba bandingkan ketika anda hanya mengaduknya sebanyak 15 kali, lalu diamkan sekitar 15 menit. Jika anda pencinta kopi, anda bisa merasakan perbedaan rasa keduanya.
Atau jika tak ingin repot, bandingkan saja warnanya. Pasti akan berbeda pula, jika warna sudah berbeda meski dengan komposisi yang sama, otomatis rasanya pun berbeda di antara keduanya. Sekarang, jika anda adalah pencinta kopi yang sensitif, yakinkan istri anda untuk selalu menghitung adukan yang enak itu berada pada hitungan yang ke berapa. Sekarang, semua tergantung selera anda sebelum pertengkaran di rumah gara-gara secangkir kopi semakin menggila.
Mengetes
Mengetes orang yang tidak jujur bisa juga dilakukan dengan menikmati kopi. Tentu harus berada pada suasana yang nyaman. Paling tidak, kalau pemilik warung kopi mudah menghakimi anda dengan semena-mena menumpahkan gula atau susu tanpa takaran yang jelas, anda bisa protes.
Tentu saja, anda juga bisa dinilai berbohong. Seorang pencinta kopi konon pernah menguji temannya yang suka berbohong di warung kopi. Ceritanya, si pencinta kopi ini memesankan secangkir kopi yang sudah ditakar dengan susu sedemikian rupa. Begitu seterusnya si pencinta kopi mengajak temannya itu, selama seminggu berturut-turut.
Hingga suatu ketika, si pencinta kopi mencoba memesankan kopi dengan takaran yang sama. Tapi, saat disajikan, secangkir kopi itu sudah ada bersama dengan setoples gula. Tiba-tiba teman si pencinta kopi itu protes. Katanya, kopinya terlalu manis. Mudah menebak, kalau teman si pencinta kopi ini berbohong bukan?
Atau simpulkan saja, kalau teman si pencinta kopi ini tak pernah tahu rasa kopi yang ideal itu seperti apa. Dan jika anda si pencinta kopi itu, anda bisa menyimpulkan kalau teman yang demikian adalah orang yang tak konsisten. Orang yang tak konsisten, cenderung mudah lari dari masalah. Ah, susah amat. Tidak ada salahnya kalau anda menyimpulkan teman anda ini adalah pembohong bukan? Sebab, anda adalah orang yang tahu banyak tentang kopi, termasuk merencanakan skenario mengetes ala secangkir kopi.
Saya pun juga baru tahu, sebenarnya ada seribu satu macam masalah dalam secangkir kopi. Tidak cukup memang kalau anda hanya menjadi penikmat kopi. Siapa yang tahu, anda bisa sukses dengan menjadi seorang pencinta kopi sejati. Saya belum sukses, sebab saya baru mengungkap tiga macam masalah dalam secangkir kopi.
Seribu satu macam masalah, ya seribu satu macam masalah dalam secangkir kopi. Ceritakan, dan gali pengalaman anda dengan secangkir kopi.
Kopi sempurna bagi saya
(Kalau saya, Kopi akan sempurna kalau ada secangkir yang hangat, dinikmati pada setengah hujan berupa rintik bunyi di bawah seng dengan sebatang rokok. Oh, tentu ditemani dengan intrumen terompet jazz ala Louis Amstrong bersama sebuku novel Jepang)----cerita-cerita dari pemilik warkop 88 di Jalan Hertasning Baru, hehe tq
Kalau anda bukan pengelana kopi, berarti anda belum masuk dalam kategori pencinta kopi. Anda baru berada dalam tahapan penikmat kopi. Orang-orang yang bagaimana kita menyebut si pengelana kopi itu? jawabannya tentu saja orang yang tidak hanya berdiam di satu warung kopi saja. Lantas siapa pencinta kopi itu?
Aduh! menjawabnya tentu saja sangat susah. Paling tidak jawabannya tidak akan anda dapat, ketika anda berada di dalam warung kopi yang itu-itu juga. Sebab, warung kopi yang seperti itu adalah warung kopi yang bebal dengan seenaknya menghakimi selera anda bertumpah-tumpah susu atau gula, layaknya hakim yang langsung memvonis citarasa anda.
Siapa yang tahu, selera anda adalah kopi tanpa susu, kopi tanpa gula atau kopi setengah gula dan setengah susu. Sekali lagi Who One To Knows selera anda. Jadi kalau anda tidak berpetualang kopi, berarti anda belum masuk dalam kategori pencinta kopi. Pencinta kopi adalah orang-orang yang memiliki jiwa petualang yang bebas. Idealnya mudah protes, ketika rasa dan citarasa tak lagi sesuai. Ia merdeka dengan jiwa petualangnya tanpa justifikasi vonis sang pemilik warung.
Pertengkaran
Saya belum pernah mendengar, ada sepasang suami istri yang setiap pagi bertengkar gara-gara kopi. Tapi, sekali lagi siapa yang tahu, anda bisa saja bertengkar hebat dengan istri anda atau sebaliknya gara-gara kopi. Saya mulai percaya kalau secangkir kopi dengan komposisi yang sama--sama, dan selalu sama, jika diperlakukan berbeda rasanya juga akan berbeda.
Ceritanya, ada sepasang suami istri yang bahagia semasa pacaran betul-betul sangat bahagia. Tapi, suatu ketika setelah hidup setahun, pertengkaran menghinggapi rumah tangga mereka. Alasannya, gara-gara kopi. Sang suami hampir setiap hari memarahi sang istri.
Usut punya usut masalahnya, sang istri tidak tahu kalau kopi dengan komposisi yang sama jika diperlakukan berbeda, rasanya juga akan berbeda. Sang istri tidak tahu, meski berkali-kali sang suami berpesan untuk menyajikan kopi, cukup dengan dua sendok gelas. Tapi rasanya tetap berbeda. Sang istri tidak tahu, jika ia menyajikan komposisi gula dengan takaran dua sendok gelas setiap hari, tapi berbeda pada jumlah adukan rasanya juga bisa berbeda.
Percaya tidak percaya, anda bisa mencobanya di rumah. Normalnya, hitung adukan pada setiap putaran cangkir atau gelas 360 derajat itu sebanyak 30 kali. Coba bandingkan ketika anda hanya mengaduknya sebanyak 15 kali, lalu diamkan sekitar 15 menit. Jika anda pencinta kopi, anda bisa merasakan perbedaan rasa keduanya.
Atau jika tak ingin repot, bandingkan saja warnanya. Pasti akan berbeda pula, jika warna sudah berbeda meski dengan komposisi yang sama, otomatis rasanya pun berbeda di antara keduanya. Sekarang, jika anda adalah pencinta kopi yang sensitif, yakinkan istri anda untuk selalu menghitung adukan yang enak itu berada pada hitungan yang ke berapa. Sekarang, semua tergantung selera anda sebelum pertengkaran di rumah gara-gara secangkir kopi semakin menggila.
Mengetes
Mengetes orang yang tidak jujur bisa juga dilakukan dengan menikmati kopi. Tentu harus berada pada suasana yang nyaman. Paling tidak, kalau pemilik warung kopi mudah menghakimi anda dengan semena-mena menumpahkan gula atau susu tanpa takaran yang jelas, anda bisa protes.
Tentu saja, anda juga bisa dinilai berbohong. Seorang pencinta kopi konon pernah menguji temannya yang suka berbohong di warung kopi. Ceritanya, si pencinta kopi ini memesankan secangkir kopi yang sudah ditakar dengan susu sedemikian rupa. Begitu seterusnya si pencinta kopi mengajak temannya itu, selama seminggu berturut-turut.
Hingga suatu ketika, si pencinta kopi mencoba memesankan kopi dengan takaran yang sama. Tapi, saat disajikan, secangkir kopi itu sudah ada bersama dengan setoples gula. Tiba-tiba teman si pencinta kopi itu protes. Katanya, kopinya terlalu manis. Mudah menebak, kalau teman si pencinta kopi ini berbohong bukan?
Atau simpulkan saja, kalau teman si pencinta kopi ini tak pernah tahu rasa kopi yang ideal itu seperti apa. Dan jika anda si pencinta kopi itu, anda bisa menyimpulkan kalau teman yang demikian adalah orang yang tak konsisten. Orang yang tak konsisten, cenderung mudah lari dari masalah. Ah, susah amat. Tidak ada salahnya kalau anda menyimpulkan teman anda ini adalah pembohong bukan? Sebab, anda adalah orang yang tahu banyak tentang kopi, termasuk merencanakan skenario mengetes ala secangkir kopi.
Saya pun juga baru tahu, sebenarnya ada seribu satu macam masalah dalam secangkir kopi. Tidak cukup memang kalau anda hanya menjadi penikmat kopi. Siapa yang tahu, anda bisa sukses dengan menjadi seorang pencinta kopi sejati. Saya belum sukses, sebab saya baru mengungkap tiga macam masalah dalam secangkir kopi.
Seribu satu macam masalah, ya seribu satu macam masalah dalam secangkir kopi. Ceritakan, dan gali pengalaman anda dengan secangkir kopi.
Kopi sempurna bagi saya
(Kalau saya, Kopi akan sempurna kalau ada secangkir yang hangat, dinikmati pada setengah hujan berupa rintik bunyi di bawah seng dengan sebatang rokok. Oh, tentu ditemani dengan intrumen terompet jazz ala Louis Amstrong bersama sebuku novel Jepang)----cerita-cerita dari pemilik warkop 88 di Jalan Hertasning Baru, hehe tq
Comments
Post a Comment
sekedar jejak..