sebuah protes

sebuah protes dalam diri, yang saya panggil kawan itu terus berontak untuk menulis. kawan saya itu, juga memanggil saya dengan panggilan kawan. dia berkata pelan, tapi saya masih bisa mendengarkan keluhannya yang perlahan meredup.

"Kawan.. benamkan dalam dirimu kalau janji itu adalah utang. kau tau kawan, utang itu harus dibayar. sudah berapa lama kau berjanji kepada saya, jikalau pulang kau akan menulis untukku, tapi telah lewat berapa minggu kau tak menggubris," kata kawan saya itu pelan.

dan saya hanya maklum menjawab seadanya. memang utang yang paling mudah saya ingkari adalah utang kepada diri sendiri. apalagi berutang kepada kawan saya yang protes itu, paling sering saya ingkari.

"Kau tahu kawan, apa sebab saya tak lagi sering membaca buku ? supaya saya bisa melupakanmu," jawab saya dengan gusar berbisik pelan kepada kawan yang protes ini.

tapi dalam hati, saya selalu berujar agar kau tenang saja kawan. seberapa pun utang yang pernah saya ucap untuk kau, suatu saat pasti akan saya tuntaskan. masih banyak utang lain, yang harus saya tuntaskan saat ini.

"Bukankah tulisan baik itu, selalu lahir dari janji-janji dan desahanmu yang membisik terus---menerus hingga membuncah di kepala? suatu saat kawan, saat kepala ini penuh dengan warna-warni, saya pasti menuntaskan utang itu, tanpa perlu membaca buku sekalipun. ini utang saya, tagih dan ingatkan saya suatu waktu kawan!"

Comments

  1. Well done is richer reconsider than well said.

    ReplyDelete
  2. To be a upright human being is to be enduring a make of openness to the mankind, an cleverness to trusteeship undeterminable things beyond your own control, that can lead you to be shattered in very extreme circumstances pro which you were not to blame. That says something exceedingly weighty with the fettle of the righteous compulsion: that it is based on a trust in the unpredictable and on a willingness to be exposed; it's based on being more like a plant than like a prize, something kind of dainty, but whose extremely particular attractiveness is inseparable from that fragility.

    ReplyDelete

Post a Comment

sekedar jejak..

Popular posts from this blog

Pertanyaan-pertanyaan tentang: Apakah Para Blogger Sudah Mati?

Tjoen Tek Kie Nama Toko Obat Kuno di Jalan Sulawesi

Thoeng dan Pecinan di Makassar