pawang hujan

Saya ingin sekali mewawancarai seorang pawang itu, yang begitu hebatnya meniadakan hujan meski hanya dalam hitungan jam. Tapi apa mau dikata, tugas mengatakan lain. Sejak tadi saya memperhatikan langit. Mereka sempat berawan, bahkan awan tebal yang gelap sudah terlihat sekitar pukul sebelas, pagi itu.

Saya memacu motor saya ke Jalan Metro Tanjung bunga tempat pameran kelautan dan bahari dalam rangka hari nusantara untuk suatu tugas peliputan. Saya menantang angin kencang pagi itu. Di atas motor saya sudah berpikir, sang pawang pasti kewalahan, bahkan gagal menunda hujan.

Dua hari sebelum tanggal sembilan, perayaan hari nusantara yang jatuh tepat bersamaan dengan perayaan hari anti korupsi sedunia, dipastikan hujan. Dan saya juga mengira demikian. Sebab, sekitar pukul 3 sore, saya sudah kehujanan, memantau kasak-kusuk persiapan perayaan hari lokasi acara di Tanah Tumbuh, sebuah delta yang digadang-gadang akan berdiri Center Point of Indonesia.

Basah tentu saja, tenda beratap terpal biru beterbangan, tukang pasang tenda juga kewalahan menurunkan air sisa hujan di atas terpal.

"Biar ada pawang hujan, kalau begini beratnya cuaca. Pasti akan hujan di hari perayaan," kata seorang panitia dari penyelenggara acara. Dan saya juga mengira begitu.

Saya masih menantang angin di atas motor memacu untuk tepat sampai ke Triple C sebelum hujan turun. Gemuruh petir sudah terasa memecah langit yang mulai gelap. Setibanya di tempat tujuan, naluri mencari berita saya sudah padam.

Sebab, di Triple C hanya pameran yang tak jauh dari seremoni belaka. Saya meliput apa adanya, sambil membayang terus, "mungkin pawang hujan sedang bekerja dengan kerasnya, menunda hujan. Kenapa tidak-hujan-hujan juga," bayangan saya terus menerawang membuat konsentrasi untuk rencana liputan kuliner di gedung Triple C buyar begitu saja.

Sorenya, sekitar pukul tiga sore saya pulang ke rumah dan mengetik berita 'abal-abal' (berita seremoni seadanya).

Di status fesbuk, saya melihat mereka begitu heboh dengan aksi demonstran di Makassar menyambut hari antikorupsi sedunia.

Tidak ada yang berpikir ke pawang hujan. Padahal aksi mereka berjalan lancar karena sang pawang. Aksi pawang hujan yang begitu lihai, menunda hujan. Hujan baru terjadi sekitar pukul enam sore.

Menunda hujan untuk beberapa jam yang bermanfaat, saya pikir bisa lebih heboh ketimbang menghebohkan hari nusantara dan anti korupsi barangkali. Apalagi menghebohkan kerusuhan dan lepar-lemparan.

Comments

Popular posts from this blog

Pertanyaan-pertanyaan tentang: Apakah Para Blogger Sudah Mati?

Tjoen Tek Kie Nama Toko Obat Kuno di Jalan Sulawesi

Thoeng dan Pecinan di Makassar