m a a f

Menghapus sedikit benci dari ruang di hati. entah, kalimat ini saya dapatkan pada pesan pendek khas lebaran. jika kalimat ini benar, saya tahu masih ada benci-benci lain yang melekat di dalam hati saya. tapi itulah kata, sebuah label yang seharusnya keluar tulus dari lubuk hati yang dalam. saya tahu tidak mudah melakukannya, lebih dari sekadar ritual belaka. jika sudah begitu, saya menyimpan lagi sedikit ruang benci di hati yang keras kepala ini.

lalu suatu hari, saya pulang kampung beratus kilo dari tempat tidur saya, dan berjumpa dengan nenek. nenek yang renta dan hampir tuli dengan umur yang melebihi almarhum bapak saya itu, saya salami seharusnya dengan ritual biasa saja. tetapi entah kenapa hari itu menjadi tidak biasa. tangannya yang hangat dan kulit jemari nenek yang keriput, membuat rasa tulus itu muncul begitu saja dari nenek saya. bukan karena ia tuli, juga bukan karena keriput yang menimbulkan rasa iba. tapi nanar matanya berisyarat tulus. senyum merekah menanda ikhlas dari lubuk hati yang dalam.

sejak itu, saya tahu menghapus benci itu tidak mudah. menghapus rindu itu, tidak lekas hilang dari sekian tahun perjumpaan saya dengan nenek, sanak saudara dan kampung halaman saya.

tetapi memberi sedikit kebahagiaan kepada orang lain, keluarga dan kerabat, juga berarti menghapus sedikit benci pada ruang di hati.

saya tahu sebagai manusia benci itu, tidak pernah sirna. ia selalu beranak pinak --hilang, dan beranak lagi.

Barangkali karena itu, kita harus memberi tempat dan mengucapkan kata 'maaf'.

Comments

Popular posts from this blog

Pertanyaan-pertanyaan tentang: Apakah Para Blogger Sudah Mati?

Tjoen Tek Kie Nama Toko Obat Kuno di Jalan Sulawesi

Thoeng dan Pecinan di Makassar