(Andai) Munir Penikmat Kopi Ampas di Beranda Bersama Istrinya
kita di beranda menikmat segelas kopi panas tak diaduk menunggu
sisasisa ampas tenggelam dalam balut gelas bening tertutup rapat
satusatu orang lewat depan rumah menoleh bergantian tidak menyapa
menunggu pesan tersingkap dari mulut terkatup rapat
tidak ada harapan kali ini, kita pasti mati terbungkam oleh waktu
serupa ampas kopi dan perlahan tinggal sedikit ya dan sedikit lagi
lalu kau pergi hanya sebentar untuk datang kembali, berjanji menikmat
kopi dan mengaduknya tanpa menunggu ampas tenggelam makan waktu
saat segelas kopi tidak lagi panas, dan tutupnya terbuka dan orangorang
mulai menyapa bergantian di depan rumah berusaha jangkau tangan kita
adakah orangorang menoleh itu, kau kenal sampai kau hilang terlalu cepat
dan belum sempat menikmati hangatnya kopi ampas kesukaanmu
sisasisa ampas tenggelam dalam balut gelas bening tertutup rapat
satusatu orang lewat depan rumah menoleh bergantian tidak menyapa
menunggu pesan tersingkap dari mulut terkatup rapat
tidak ada harapan kali ini, kita pasti mati terbungkam oleh waktu
serupa ampas kopi dan perlahan tinggal sedikit ya dan sedikit lagi
lalu kau pergi hanya sebentar untuk datang kembali, berjanji menikmat
kopi dan mengaduknya tanpa menunggu ampas tenggelam makan waktu
saat segelas kopi tidak lagi panas, dan tutupnya terbuka dan orangorang
mulai menyapa bergantian di depan rumah berusaha jangkau tangan kita
adakah orangorang menoleh itu, kau kenal sampai kau hilang terlalu cepat
dan belum sempat menikmati hangatnya kopi ampas kesukaanmu
Comments
Post a Comment
sekedar jejak..