dinasehati dan dihakimi dirinya dan dirinya yang lain

ia mencoba melihat kejadian di ulangsilam seperti siklus yang terus berputar. bedanya, ia cuma tau semakin berumur dirinya yang belum apapa ini. lalu dicobanya menulis sesuatu di catatan hariannya :

semula saya ingin menulismu dalam bentuk sajak pendek. supaya kau tau, saya suka menulis sajak untukmu. tapi orangorang bilang, kau belum cukup umur untuk soal begituan. kau harus banyak baca buku, banyak menulis sajak, juga banyak belajar memuji tentu saja.


saya tidak tau akan menulis apa di ulangtahunmu, juga dengan model yang bagaimana.

barangkali..ya barangkali :

ulangsilam itu, kini dan akan datang
ia seperti berjudi, kelak masuk surga atau neraka
tapi semakin kau meramal, takut yang kau dapati
kau tau kan, Tuhan itu geli mengejekmu
tidak usah jadi ksatria anehaneh, pecundang pun jadi


ditertawakanNya kau yang mencoba meramal diri
sebab itu, banyak rencana mengendap di kepalamu
mengendap, kau tau kan kata ini
ia tertimbun di dasar kepalamu

coba kau punya buldoser, galilah..dan galilah
tidak usah meramal, atau menerka
ia bermuasal dan bermuara pada tempatnya

Biarlah Dia tertawa dan tertawa sepuasNya
kau taukan kalimat ini

keberadaanmu mendahului dirimu yang sebenarnya


lalu ia berhenti menulis sejenak dan berpikir.
apa jadinya dunia ini jika setiap manusia adalah penyair. Akhh masabodoh.

ia menatap wajahnya pada sebuah cermin. dilihatnya dirinya di dalam cermin itu sedang merenungi nasib dan diratapi dirinya yang lain juga menghakimi dirinya-seperti seorang bos bertampang sangar yang menunjuknunjuk dan mengatangatainya

dirinya yang menunjuknunjuk dan mengatangatainya di dalam cermin itu mengumpat kepada dirinya yang lain yang tak berdaya

kau tau, kenapa dirimu selalu berhahaji yang suka berhehe itu. karena kau tidak berdaya. hanya karena sewaktu kau kecil, pernah membaca cerita silat dan sangat mengagumi sebuah jurus dengan nama Hahaji itu ichsan. kau pikir jurus itu bisa menyembunyikan dirimu yang sekarang. kau pikir bisa menyembunyikan masalah di kepalamu itu ketika kau berhehe. maka jangan heran kau tak pernah mendapatkannya. mendapatkan cinta yang pernah kauidamkan itu. juga jangan heran kau menulis masih melajang tidak rumit seperti yang kaujalani ini. juga jangan heran para pembesar tak pernah acuh ke kau karena kau keras kepala. pun jangan heran kau pernah ditampar berkalikali. beruntung kau tidak marah meski kau menjitaknya duluan, kau bisa apa. juga jangan heran karena kau tak berkomentar mereka mengacuhkan dan mengolokmu padahal kau bukan pembesar..


dilihatnya dirinya yang lain yang diumpat dan ditunjuktunjukin di dalam cermin itu, hanya bisa berkata seadanya

ya ya ya.. maapkan saya kalo begitu, hanya inilah kata yang selalu setia menemani saya ketika saya tahu kekurangan saya. tapi sungguh hahaji itu hanya sekedar inisial belaka. itu hanyalah jurus dalam cerita silat dari si tokoh yang pemalas seperti saya ini. saya tidak sembunyi. benarbenar tidak sembunyi. tapi hanya berusaha menjaga perasaan, supaya tidak bodoh dan tidak dibilang jago. maka saya berhehe, juga saya berhahaji. kumohon jangan menilai saya seperti itu. saya tidak bisa menampakkan senyum saya yang manis ini di depan mereka lewat katakata, begitu juga ketika saya tersinggung saya tidak bisa marah lewat katakata seperti ini, jadi saya berhehe. perihal cinta yang kau bilang itu, saya mendapatkan cinta yang saya idamkan itu. saya mohon jangan menilai saya seperti itu, saya tidak ingin menjadi bebal, juga tak ingin mnegecewakan mereka, saya hanya belajar, belajar mencintai sesuatu, saya tidak sembunyi, saya tidak mengacuhkan mereka saya tidak melupakan temanteman saya....saya tidak merumit seperti yang kaubilang, saya hanya tak mampu, bukanbukan tapi belum mampu... kau tau khaaann


dirinya yang menunjuknunjuk itu, lalu lanjut mengatangatainya

teruss, kenapa kau bermasa bodoh dan tidak mencari tau. bukankah keberadaanmu mendahului dirimu seperti yang kaubanggakan itu. kau pernah bilang seseorang dilahirkan sama, tanpa perbedaan. apa maksud perkataanmu kepada seseorang yang kaugurui itu ichsan. apakah kau bermaksud meracuni dirinya yang lebih tua puluhan tahun darimu. apakah kau bermaksud membuatnya tolol. padahal yang kauracuni itu bergelar tigakali lipat dari gelar sarjanamu.. apakah kau sudah merasa hebat dengan umur seumur jagung


masih saja dirinya yang ditunjuktunjukin itu, hanya bisa berkata seadanya

maapkan saya, saya mohon. saya tidak bermasa bodoh, juga bukan tidak mencari tahu. kau tau kan kekurangan saya. saya hanya bisa meraba, menerka dengan hati kecil saya.. kau tau kan, saya percaya ajaran perilaku Mahatma Gandi itu dan Si Budha Gautama itu. mereka selalu mengandai tidak menjadi diri mereka. saya hanya seorang yang perasa mencoba menerka tapi bukan meramal. sungguh itu bukan meramal. saya tidak meracuninya dan tidak membuatnya tolol. saya juga tidak memedulikan gelar, uang dan karyanya yang selalu bersembunyi lebih parah dari saya. saya hanya menasehatinya seperti kau menasehati saya lewat pertanyaanmu yang menusuk hati.


ia berlalu, tidak lagi melihat cermin dirinya dan tidak melanjutkan tulisan di catatan hariannya. supaya tidak terlihat bodoh saat merayakan ulang tahun dengan dirinya sendiri, juga supaya tidak mencoba sembunyi dari imajinasi yang ditulis dan dilihatnya di cermin itu. ia pergi tidur seraya berharap bisa mimpi dapat banyak kado dari temantemannya dan selalu bisa menepati janjinya. seperti biasa ia hanya hahaji yang pemalas dan suka berhehe di dunia nyata ini....

sayapun sudah berulangkali menasehatinya, tapi dia masih tetap seperti ini. dia tidak tau sedari tadi saya mengamatinya dan hanya bisa geli dibuatnya tertawa terkekehkekeh....

Comments

Popular posts from this blog

Tjoen Tek Kie Nama Toko Obat Kuno di Jalan Sulawesi

Pertanyaan-pertanyaan tentang: Apakah Para Blogger Sudah Mati?

Thoeng dan Pecinan di Makassar