saya tau kau tidak mengenalnya. ia bukan penyair, bukan politisi juga bukan pemain sinetron. matanya sipit, rambutnya putih, tubuhnya kekar, juga pandai berbahasa lantang, bahasa makassar. saya juga tau dia bukan cina totok. seharihari saya mengamatinya. angko Pong, barangkali hanya memiliki selembar baju dan celana yang ituitu juga. saya pikir dia kaya, karena seharihari mengawasi mobil kanvas yang masuk di gudang dekat rumahnya. makanannya hanya kopi hitam pahit yang kental dengan sedikit gula serta sebungkus rokok kretek. ceritaceritanya kadang terasa hambar mengulang satu duakali yang ituitu juga. tapi kami yang mengenalnya sangat tau-ia setia di tempat itu. tempat melepas lelah para pekumpul pemain domino di warung kopi sederhana tempat tukang becak mengutang. rumahnya tidak jauh dari warung dan biasa tergopoh membawa kunci buka gudang jika mobil kanvas telah tiba. adikadiknya kini menggunakan mobil dan memiliki segudang usaha dagang. ia tidak menikah entah karena sesuatu yang tid...