hidup seperti puisi

dua hari lalu mereka masih bertemu, di halte gerbong kereta. Bercerita tentang puisi. Perempuan itu lalu memberi buku puisi itu kepadanya, si lelaki. Keduanya berjanji untuk kembali bertemu dua tahun dari sekarang, karena sesuatu dan lain hal.

dua tahun berlalu

perempuan itu menunggunya masih di halte gerbong kereta persis dua tahun lalu. tak ada yang berubah di tempat itu. kecuali tempat duduk halte yang berubah warna.

si lelaki bukannya ingkar. tetapi hidup tak seperti puisi yang mengalir, dia memutuskan untuk tidak datang dan tidak akan mengingatnya lagi.

dan suatu ketika, saat hidupnya betulbetul jatuh dan rapuh karena rindu dan bersalah. dibukanya buku puisi pemberian perempuan itu setelah setahun lewat dari janji bertemu di gerbong kereta :


puisi tak selalu mengalir seperti derasnya air sungai
sebagaimana hidup, dia seperti puisi yang sekejap bisa berubah
dia akan melambat kala kau bersedih, juga akan mengalir deras
kala kau bahagia, karena hidup seperti puisi, juga ada kebetulan


suatu ketika
si lelaki menuju kantornya. saat hujan tibatiba turun, berteduhlah dia di halte itu. Si perempuan sejak sebulan lalu, setengah jam dari kesehariannya di habiskan di halte itu hanya untuk menunggu bus yang akan ditumpanginya

di tempat duduk halte(kali ini halte bus bukan halte kereta)
kebetulan mempertemukan mereka
kali ini karena hujan......

maka berlanjutlah hidupnya yang seperti puisi..

Comments

Popular posts from this blog

Pertanyaan-pertanyaan tentang: Apakah Para Blogger Sudah Mati?

Tjoen Tek Kie Nama Toko Obat Kuno di Jalan Sulawesi

Thoeng dan Pecinan di Makassar