Semoga Ibu...

Seperti seorang teman yang mengingatkan saya akan kalimat ini :
"Seorang ibu bisa memelihara dan merawat 10 orang anak, tetapi 10 orang anak, belum tentu bisa merawat dan memelihara seorang ibu"
Tiga hari, kemudian saya mewawancarai seorang ibu tua yang berprofesi sebagai pengantar bambu ke rumahrumah. Namanya Ibu Ludya, asalnya dari Toraja. Perempuan pengantar bambu itu tinggal di gubuk tua. Seharihari bekerja dari jam enam pagi sampai pukul sepuluh malam. Tak jarang saya melihatnya di Jalanan dengan kaki telanjang, dia mengantarkan bambu panjang berukuran 10 hingga 15 meter dengan gerobak tuanya. Dia mendorong gerobak, yang diatasnya terdapat 20 bambu panjang. Hari itu dia akan mengantarkan bambu pesanan orang di daerah tanjung bunga, dari tempatnya bekerja di Pertigaan Jalan Herstasning.
Kebetulan ibu tua itu bertetangga dengan saya. Pernah suatu ketika dia cuti dari mengantar bambu. Pasalnya, anaknya akan menikah. Bahagia tentu saja terpancar dari ibu tua itu. Dia mengantarkan sendiri undangan pernikahan anaknya yang sangat sederhana itu ke rumah kami.
Hari berlalu dan terlewati begitu saja. Tetapi dia masih tetap pengantar bambu, meski anaknya telah menikah dan memiliki pekerjaan. Sampai sekarang dia masih mengharap kepada putra bungsunya yang masih bersekolah di sebuah STM di Makassar. Karena anaknya yang telah menikah itu, juga tak mampu menghidupi keluarga dalam gubuk tua berpenghuni enam orang.
Lalu, dalam hati saya pun berharap semoga...
Karena
Sembilan bulan sepuluh hari seorang ibu mengandung bayi si bakal anak, dari empat orang anak perempuan pengantar bambu itu, terhitung 3 tahun lebih dia menderita melahirkan keempat anaknya.. Tetapi dia masih berusaha mengharap pada satu anaknya yang masih bersekolah..
dalam hati lagi kukatakan (kali ini hampir tersedu)
semoga dan semoga ibu...

Comments

Popular posts from this blog

Pertanyaan-pertanyaan tentang: Apakah Para Blogger Sudah Mati?

Tjoen Tek Kie Nama Toko Obat Kuno di Jalan Sulawesi

Thoeng dan Pecinan di Makassar