Posts

Showing posts from April, 2007

sastra jelata

aku bukan pujangga yang pandai memainkan kata dan metafora tak tahu mengurut kalimat secantik si empunya tak pernah liat kamus bahasa indonesia juga tak paham metafora aneh yang bisa ngawur jadi hiperbola salahsalah jadi tiang parabola aku hanya jelata yang melata di perhentian sajak atas nama pemilik terkenal dan terpampang di dinding koran tapi bukankah jelata juga punya dunia kecil tempat berdongeng tanpa harus latah dengan metafora jelata hanya jelajah mencari bentuk maka jelata kita kaya dengan sastra

Percakapan di Dunia Kecil (ruangmayamilikku)

kita mencoret apa hari ini kalau sajak adakah yang membaca kalau cerpen kupikir terlalu panjang apalagi cuapcuap tentang keseharian melulu si anu kita bilang bangsat si cantik stengah mati dijadikan pemuja rahasia tak lelahkah memuji atau mengucap salam kepada si ini si itu atau ruang ini kita jadikan chicklit teenlit biar kita remaja lagi kalau begitu mencoret apa hari ini simpan saja coretanmu biar banyak datanglah kemari selipkan juga katakata pujangga terkenal biar tetamu minta kutip dan mengucap pujipujian bukankah itu yang kau cari bukanbukan itu aku mencari kritik bukan pujian bukanpula salam dan undangan untuk berkunjung kalau begitu takada sesiapa yang mampu... selain tampilan saya yang biasasaja engkau malas berkunjung ke dunia lain jarang pula membuat pujipujian kalau begitu dikaulah sahabatku yang mau menampung coretan ini dari dulu akulah tempat pembuanganmu keluhkesahmu kisah cintamu hanya aku yang mengerti kau teman sebuah dunia kecil untuk mencoret tempat kita bercakap...

berkalikali dan terakhir

kutulis sehemat mungkin beberapa baris kalimat pada sebuah kertas cantik berwarna merah muda kalau tak salah hanya bisa memuat dua puluh kalimat sepuluh kata diakhiri tanda titik aku menulis bolehkah aku mencintaimu dan melihatmu tersenyum diamdiam di warung sekolah sore hari hingga duapuluh kalimat itu saat membacanya engkau menoleh ke belakang sebanyak lima kali ke kiri dan enam kali ke kanan mencari tahu siapa gerangan di warung sekolah sore itu tigakali engkau bolakbalikmencariku terselip sebuah kertas di bawah bangku dua puluh kalimat berulang tiga kata diakhiri titik kau menulis maaf tidak bisa hanya sekali mungkin yang terakhir kau menoleh ke belakangdan mendapatiku bukan dengan senyuman

sajak tertawa

tak cukup merajut kata setiap hari sekedar membuatnya tertawa bahagia membangun rumah kecil di hatinya juga tak cukup hanya dengan rencana ke bulan berdua sekalipun maka balas tak kunjung datang dari harap menggebu masih juga kau tak tau jangan salahkan sajak ini yang hanya bisa menertawaimu karna katakata tentang bulan berdua skalipun memang tak pernah cukup mencacimakimu dan akan terus begitu hingga kau memetik kata terakhir tapi hanya sementara sayang.. sajak lain merindukanmu istirahatlah dulu.. lain waktu kita bertemu

Setetes senja dan air mata

hanya setetes kala itu bersitegang dengan rimbun awan dan petir jadi menyambar sayupsayup matanya mulai redup di telan gelap yang sebentar lagi hanya setetes senja setelahnya bertumpah hujan tak henti di sudut sana seorang lelaki paruh baya entah kenapa tak berpaling air hujan membasahi tubuhnya wajahnya sayu orangorang tak jelas membedakan apakah ia menangis atau tidak setiap sabtu di bulan itu senja hari tak pernah lepas dari pandangannya senyumnya tertumpah mengenang senja kala itu maka setiap hujan tiba bersedihlah ia setetes senja dibalas setetes air mata